Saturday, February 12, 2011

BOUNDING ATTACHMENT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan.  Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi mengenai bonding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif. Ibu ketika masa antenatal juga harus diberi informasi mengenai respon ayah dan keluarganya terhadap kelahiran anak.  Dengan begitu, ibu dapat mengantisipasi jikalau respon yang diberikan ayah dari anaknya ataupun keluarga tidak seperti yang ibu bayangkan.  Merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua, anak pertama akan merespon dengan merasa cemburu terhadap adiknya yang baru lahir.  Perasaan tersebut mendorong anak pertama untuk menyaingi adik barunya dan ingin mencuri lagi perhatian yang dulu hanya untuk dirinya dengan bermacam perilaku.  Perilaku anak yang lebih tua pada saat itu merupakan sesuatu yang wajar dan disebut sebagai sibling rivalry.  Pada dasarnya, sibling rivalry ini bersifat ambivalent atau love hate relationship, maka dari itu ibu harus diajarkan untuk mencegah maupun memfasilitasi anak mereka dengan bijak dan diperlukan pembelajaran agar tidak merugikan salah satu anaknya.  Dengan demikian Bidan sangat perlu untuk memahami seluruh situasi yang akan terjadi pada waktu sekitar setelah kelahiran tersebut dengan menggali keadaan ibu dan keluarga agar fase-fase tersebut berjalan secara terkontrol. 

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1.      Apa yang dimaksud dengan bounding attachment ?
2.      Apa saja faktor yang memengaruhi keberhasilan proses bounding attachment?
3.      Bagaimana cara untuk melaksanakan bounding attachment ?
4.      Apa saja prinsip-prinsip dan upaya dalam meningkatkan bounding attachment?
5.      Apa saja manfaat dari bounding attachment ?
6.      Apa saja hambatan dalam melaksanakan bounding attachment ?
7.      Bagaimana respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir ?
8.      Apa yang dimaksud dengan sibling rivalry ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan memahami mengenai bounding attachment
2.      Mengetahui dan memahami mengenai respon ayah dan keluarga
3.      Mengetahui dan memahami mengenai sibling rivalry
4.      Mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi keberhasilan proses bounding attachment
5.      Mengetahui dan memahami cara  melaksanakan bounding attachment
6.      Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dan upaya dalam meningkatkan bounding attachment
7.      Mengetahui dan memahami manfaat dari bounding attachment
8.      Mengetahui dan memahami hambatan dalam melaksanakan bounding attachment
9.      Mengetahui dan memahami respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir
10.  Mengetahui dan memahami mengenai sibling rivalry

1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment.  Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.  Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di awal kehamilan dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan.  Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut  permintaan atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap  diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya.  Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat  proses terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya. Oleh karena itu penting juga memperhatikan kondisi psikologis ibu saat proses persalinan.  Adapun beberapa definisi para ahli:
1.      Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2.      Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3.      Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4.      Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5.      Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6.      Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7.      Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8.      Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9.      Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
10.  Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.

2.2  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding Attachment
2.2.1        Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2.2.2        Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
2.2.3        Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
2.2.4        Kedekatan orang tua dan anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
2.2.5        Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
           Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.

2.3  Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
2.3.1   Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
            2.3.2    Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

2.3.3    Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.  Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.

2.3.4        Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.



2.3.5        Aroma  /Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.

2.3.6        Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.  Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

2.3.7        Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

2.3.8        Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek sucking dengan segera.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
  1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
  2. Reflek menghisap dilakukan dini.
  3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
  4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
2.4  Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1.      Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2.      Sentuhan orang tua pertama kali.
3.      Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.      Kesehatan emosional orang tua.
5.      Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6.      Persiapan PNC sebelumnya.
7.      Adaptasi.
8.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9.      Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.  Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11.  Penekanan pada hal-hal positif.
12.  Perawat maternitas khusus (bidan).
13.  Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14.  Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
2.5      Manfaat  Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
1.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3.      Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.

2.6      Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah:
1.      Kurangnya support sistem.
2.      Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3.      Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4.      Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

2.7      Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment
1.      Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
2.      Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3.      Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
4.      Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
5.      Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
6.      Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya.  Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko,  ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

2.8      Respon Ayah dan Keluarga Terhadap Bayi Baru Lahir
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.  Respon dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan pengalaman mereka dalam melahirkan berbeda yang meliputi seluruh spectrum reaksi dan emosi, seperti  perasaan sukacita tak terbatas, kedalaman keputusasaan dan kesedihan. Bidan ikut merasakan kebahagiaan klien  ketika ia dapat memenuhi harapan dan kepuasan klien.  Jika tanggapan tidak menyenangkan, bidan perlu memahami apa yang terjadi dan memfasilitasi proses kerja yang sehat melalui respon untuk kesejahteraan setiap orang tua, bayi, dan keluarga.  Ini membantu untuk menyimpan persepsi mereka tentang bayinya.
2.7.1     Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1.      Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2.      Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3.      Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4.      Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2.7.2     Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1.      Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan.
2.      Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3.      Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang mendapat perhatian.
4.      Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5.      Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6.      Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
2.7.3     Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir
2.7.3.1  Perilaku Memfasilitasi
1.      Menatap, mencari ciri khas anak.
2.      Kontak mata.
3.      Memberikan perhatian.
4.      Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5.      Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6.      Memberikan senyuman.
7.      Berbicara/bernyanyi.
8.      Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9.      Mengajak anak pada acara keluarga.
10.  Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11.  Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

2.7.3.2  Perilaku Penghambat
1.      Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
2.      Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3.      Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4.      Tidak menggenggam jarinya.
5.      Terburu-buru dalam menyusui.
6.      Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
2.7.4     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Orang Tua Terhadap Bayinya
2.7.4.1  Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
2.7.4.2  Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

2.7.5     Kondisi yang Memengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1.          Kurang kasih sayang.
2.          Persaingan tugas orang tua.
3.          Pengalaman melahirkan.
4.          Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5.          Cemas tentang biaya.
6.          Kelainan pada bayi.
7.          Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8.          Tangisan bayi.
9.          Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10.      Gelisah tentang kenormalan bayi.
11.      Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12.      Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
2.7.6        Peran Bidan dalam Mengatasi Respon Negatif Ayah dan Keluarga
1.       


2.8      Sibling Rivalry
2.8.1        Pengertian Sibling Rivalry
1.      Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
2.      Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
2.8.2        Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1.         Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
2.         Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
3.         Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4.         Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5.         Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6.         Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
7.         Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8.         Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9.         Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10.     Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11.     Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12.     Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
2.8.3        Segi Positif Sibling Rivally
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
1.      Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting.
2.      Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3.      Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
2.8.4        Mengatasi Sibling Rivally
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1.      Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2.      Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3.      Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4.      Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5.      Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6.      Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7.      Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8.      Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9.      Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10.  Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11.  Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
12.  Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
13.  Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14.  Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
2.8.5        Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
1.      Masalah tidur.
2.      Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
3.      Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.
2.8.6        Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
1.      Bidan mengarahkan ibu untuk menyiapkan secara dini kelahiran bayinya
2.      Bidan menyarankan pada ibu untuk memberi penjelasan yang kongkrit tentang pertumbuhan bayi dalam rahim dengan menunjukan gambar sederhana tentang uterus dan perkembangan fetus pada anak pertama atau tertuanya
3.      Bidan memberi informasi pada ibu bahwa memberi kesempatan anak untuk ikut gerakan janin/adiknya dapat menjalin kasih sayang antara keduanya, dan anak akan mengerti akan kehadiran adiknya
4.      Bidan menyarankan ibu untuk melibatkan anak dalam perawatan bayi
5.      Bidan mengingatkan ibu untuk selalu memberi pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah seperti alasan pindah kamar pada anak tertuanya
6.      Bidan menyarankan kepada ibu untuk tetap melakukan aktifitas yang biasa dilakukan bersama anak seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama

BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Setelah mendiskusikan makalah yang telah disusun ini, dapat disimpulkan bahwa, ketika kelahiran akan menimbulkan respon keterikatan bayi dan orangtuanya (bonding attachment) yang juga telah dimulai sejak saat dalam kandungan dan akan lebih baik jika ibu tidak menghiraukan saja bayi/janin yang sedang dikandungnya melainkan ibu seharusnya berkomunikasi dengan janin, baik itu dengan sentuhan untuk meraba gerakan janin dan membiarkan janin mendengar ibunya berbicara terhadapnya.  Setelah kelahiran bayi juga akan menimbulkan respon dari sang ayah dan keluarga, dimana respon tersebut ada yang bersifat positif dan negatif.  Seorang ayah dan keluarga seharusnya memberikan respon yang positif dan memfasilitasi bayi agar merasa diterima dan dapat tumbuh serta berkembang tanpa ada masalah penolakan dari ayahnya.  Untuk meminimalisir segala bentuk respon ayah yang negatif, kehamilan ibu sebaiknya harus benar-benar direncanakan.  Pada saat kehamilan, anak pertama atau tertua ibu sebaiknya diberi pengertian bahwa sebentar lagi dia akan memiliki seorang adik yang akan menemaninya, anak juga jangan sampai merasa perhatiannya berkurang karena ibu lebih memerhatikan janinnya, sehingga pada saat kelahiran bayi/adiknya anak pertama akan merasa tersaingi dalam arti kasih sayang yang dulu ibu dan ayahnya berikan hanya untuk dirinya, sekarang sudah tidak bisa lagi penuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 7172).
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 56- 57).
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Kyla, B. 2009. Sibling Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM.  med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).
         Varney Hellen, Varney’s Midwifery.1997.  London





No comments:

Post a Comment