Monday, January 23, 2012

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. R DENGAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI BLUD RS SEKARWANGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tidak dapat turun seperti yang diharapkan. Menurut SDKI terdapat sebanyak 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia diantaranya disebabkan oleh Pendarahan 60%, toksemia gravidarum 20%, dan infeksi 20%. (SDKI,2010)
Selain perdarahan dan infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia juga merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Di BLUD RS Sekarwangi pada tahun 2010 terdapat 204 ibu yang mengalami pre-eklampsia dari 2176 ibu yang bersalin pervaginam.
Berdasarkan hal tersebut penulis menganggap penting untuk membuat laporan studi kasus mengenai “Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. R dengan Pre-eklampsia Berat di RSUD Sekarwangi” dengan pendekatan manajemen kebidanan.

1.2  Tujuan
1.2.1      Tujuan umum
Mampu melakukan manajemen asuhan kebidanan pada kasus pre-eklampsia berat.
1.2.2      Tujuan Khusus
1.   Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada klien dengan pre-eklampsia berat
2. Mampu menginterpretasi data untuk menentukan diagnosis, masalah, kebutuhan, diagnosa potensial dan masalah potensial serta kebutuhan tindakan segera (jika diperlukan) pada klien dengan pre-eklampsia berat
3.  Mampu membuat/merencanakan, mengembangkan rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan pada klien dengan pre-eklampsia berat serta mengkaji kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Pengertian
Pre eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi pada ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Pembagian preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dulu.
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah oedema, hipertensi dan terakhir proteinuria, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan preeclampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut. (Sarwono, 2010)
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblast) tidak dapat didiagnosis dengan criteria berikut :
1      Ada peningkatan tekanan darah selama  kehamilan (sistol ≥140mmHg atau diastol ≥90mmHg), yang sebelumnya normal disertai proteinuria (> 0,3gr protein selama 24 jam atau ≥30mg/dl dengan hasil reagen urine ≥+1).
2   Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai adanya preeclampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal.
Tanda-tanda dan gejala tersebut yang disertai tekanan darah sistolik >160mmHg atau diastolik >110mmHg dan proteinuria +2 atau +3 dengan dipstick menunjukkan bentuk penyakit yang lebih berat. (Myles Textbook).
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160mmHg dan tekanan darah diastolik >110mmHg dan disertai proteinuria >5gr/24jam atau reagen urine +2 atau +3. (Sarwono, 2008)
  
2.2  Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeclampsia disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1.    Teori kelainan vaskularisasi plasenta.
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta member cabang arteria radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi   trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini member dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga dapat meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis HDK selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklamsi rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta.

2.      Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.
a.      Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mugkin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi antioksidan.
b.      Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan.
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi.
Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel.
Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi antioksidan.
c.      Difungsi sel endotel.
1)     Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel, adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2): suatu vasodilator kuat.
2)     Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi sel-sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstroktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin (lebih tinggi vasodilator). Pada preeklamsi kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi, dengan terjadi kenaikan tekanan darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerular endotheliosis).
4)     Peningkatan permeabilitas kapiler.
5)  Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar NO (vasodilatator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat.
6)     Peningkatan faktor koagulasi.
3.      Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin.
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut:
a.     Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
b.  Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
c.     Seks oral mempunyai risiko lebih rentan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya”hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hasil ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, di samping untuk menghadapi sel Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya, HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trivoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi Immune-Maladaption pada preeklamsi, ternyata mempunyai proposi Helper Sel yang lebih rendah disbanding pada normotensif.
4.       Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopressor. Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibuthkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa adanya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5.      Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsi, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
6.      Teori defisiensi gizi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di Inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklamsi beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk memakai konsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah preeklamsi. Hasil sementara menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin  dapat dipakai sebagai alternative pemberian aspirin.
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklamsi/eklamsia. Penelitian di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar, dengan mebandingkan pemberian kalsium dan placebo.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklamsi adalah 14% sedang diberi glukosa 17%.
7.      Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibat reaksi stress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklamsi, di mana pada preeklamsi terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, disbanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklamsi pada ibu.
Redman, menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preeklamsi akibat produksi debris trofoblas plasenta berlebihan tersebut di atas, mengakibatkan “aktivasi leukosit yang sangat tinggi” pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh Redman disebut sebagai “kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravascular pada kehamilan” yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh.

2.3  Patofisiologi
Pada preeklampsia berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan system yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respons terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan thrombus dan perdarahan dapat memengaruhi system syaraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan deficit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dan nekrosis hepatoselular menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskuler, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis mikroangiopati menyebabkan anemia dan trombositopenia. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.

2.4  Tanda dan Gejala
1.  Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
2.    Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif
3.    Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam
4.    Kenaikan kadar kreatinin plasma
5.  Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur
6.    Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
7.    Oedema paru dan sianosis
8.    Hemolisis mikroangiopatik
9.    Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
10.Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase
11.  Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
12.  Sindrom HELLP
2.5  Komplikasi
2.5.1      Pada Ibu
a.    Sistem saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retina detachment dan kebutaan korteks
b.    Gastrointestinal hepatic : rupture kapsul hepar
c.    Ginjal         : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
d.    Hematologi : DIC, trombositopenia
e.  Kardiopulmonal : edema paru kardiogenik, depresi atau arrest pernafasan, kardiak arrest, iskemia miokardium
f.     Asites
g.    Oedema laring
h.    Hipertensi yang tidak terkendali

2.5.2      Pada Janin
a.    Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati
b.    Intrauterine fetal growth restriction (IUGR)
c.    Prematuritas
d.    Sindroma distress nafas
e.    Kematian janin intrauterine (IUFD)
f.     Sepsis
g.    Cerebral palsy

2.6  Diagnosa
Pre-eklampsia digolongkan pre-eklampsia berat apabila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
2.6.1      Data Subjektif
Ibu merasa pusing dan pandangan kabur, nyeri pada ulu hati
2.6.2      Data Objektif
1.    Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
2.    Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
3.    Trombosit kurang dari 100.000 / mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
4.    Oliguria < 400ml per 24 jam
5.    Proteinuria ≥+2
Pre-elampsia berat dibagi menjadi : (a) pre-eklampsia berat tanpa impending eklampsia dan (b) pre-eklampsia dengan impending eklampsia. Disebut impending eklampsia bila pre-eklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan progresif tekanan darah.
2.7  Penatalaksanaan
2.7.1      Peran Bidan dalam Pengkajian dan Diagnosis
Gangguan hipertensif cenderung tidak dapat dicegah sehingga deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat dapat meminimalkan keparahan penyakit tersebut (Decker and sibai, 2001). Standar asuhan antenatal yang tinggi berperan dalam mempertahankan kesehatan yang optimal. Bidan berada dalam posisi unik untuk mengidentifikasi mereka yang rentan terhadap pre-eklampsia. Pengkajian riwayat kesehatan yang komprehensif saat pemeriksaan pertama akan mengidentifikasi :
1.    Keadaan sosial yang buruk atau kemiskinan yang dapat menghambat ibu dalam melakukan pemeriksaan rutin antenatal
2.    Usia dan paritas ibu
3.    Primipaternitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pasangan
4.    Adanya riwayat gangguan hipertensif dalam keluarga
5.    Riwayat preeklamsi terdahulu
6.    Adanya gangguan medis lain misalnya penyakit ginjal, diabetes dan gangguan tromboembolisme.
Pada pemeriksaan berikutnya bidan harus mencatat semua faktor risiko yang terkait dengan kehamilan seperti kehamilan kembar. Dua gambaran utama preeklamsia yaitu hipertensi dan proteinuria dikaji secara rutin selama kehamilan, diagnosis biasanya ditetapkan berdasarkan peningkatan tekanan darah dan adanya proteinuri setelah usia gestasi 20 minggu.
2.7.2      Penatalaksanaan Persalinan
Penderita pre-eklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita pre-eklampsia dan eklampsia mempunya risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral maupun infus) dan output cairan (melalui urine) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urine.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera lakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa : 5% Ringer-Dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan < 125cc/jam atau infuse dekstrose 5% yang setiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125cc/jam) 500cc. Pengelolaan kasus secara sistematis ialah sebagai berikut:
1.   Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
2.   Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih).
3.   Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
4.   Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
5.   Jika jumlah urin < 30 ml per jam:
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7.   Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin setiap jam.
8.   Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan, dan berikan diuretik misalnya Furosemid 40 mg IV.
9.   Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
10.  Berikan antikonvulsan
Obat anti kejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat (MgSO47H2O). Magnesium Sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat syaraf dengan menghambat transmisi neuromuscular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini masih menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada pre-eklampsia atau eklampsia dengan berbagai cara pemberian.  
a.   Dosis awal
·      Loading dose: initial dose
-     MgSO4 20% 4gr (20cc) diberikan secara intravena selama 5-10 menit (2-4cc/menit)
-     MgSO4 40% 4gr (10cc) diberikan secara intravena selama 5-10 menit (1-2cc/menit) ATAU
-      Infus 80cc Dekstrose 5%/ RL + 20cc MgSO4 20% habis dalam 15-30 menit (120gtt/menit)
-      Infus 90cc Dekstrose 5%/ RL + 10cc MgSO4 40% habis dalam 15-30 menit
·      Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4
b.   Dosis pemeliharaan
·      500cc Dekstrose 5% atau RL + 30cc (6gr) MgSO4 20% (20gtt/menit) ATAU
·      500cc Dekstrose 5% atau RL + 15cc (6gr) MgSO4 40% (20gtt/menit)
·      Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang terakhir
c.   Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
·      Frekuensi pernafasan minimal 16/menit
·      Reflex patella (+)
·      Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
d.   Stop pemberian  MgSO4, jika :
·      Frekuensi pernafasan < 16/menit
·      Reflex patella (-)
·      Urin < 30 ml/jam
e.   Siapkan antidotum:
·      Jika terjadi henti nafas:
-       Bantu dengan ventilator
-       Beri kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.

2.8    Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Pre-eklampsia Berat
2.8.1      Data subjektif
·  Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur
·  Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atau abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
·       Malaise
·       Mual, muntah
·       Dyspneu (jika terjadi edema paru)
·       Hematuria
·       Oedema pada jari tangan dan muka
·       Kenaikan berat badan berlebih
·       Nyeri perut dan perdarahan pervaginam (jika terjadi slutio plasenta) atau gejala lain yang menyangkut PEB
2.8.2      Data objektif
·       Tanda vital
-  tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110mmHg
-  pernafasan sulit dan cepat jika terdapat edema paru
- kecepatan nadi meningkat jika mengalami dispnea, nyeri epigastrium atau
gejala lain yang menyangkut pre-eklampsia berat
·    Umum : muncul kecemasan jika mengalami dispnea, nyeri epigastrium atau gejala lain yang menyangkut pre-eklampsia berat
·       Kulit :
-       Secara umum tidak tergantung oedema, terdapat pembengkakan pre-tibia
-       Sianosis, jika terdapat oedema paru
-       Petechie jika terjadi trombositopenia
-       Jaundice jika terjadi hemolisis
·       Auskultasi paru-paru : terdapat crackles (jika terdapat oedema paru)
2.8.3      Analisa
Analisis dibuat berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan data subjektif, objektif dan pemeriksaan penunjang. Apabila tekanan darah sistolik ≥160mmHg dan diastolic ≥110mmHg serta pada pemeriksaan protein urine didapatkan hasil ≥+2, maka analisis yang ditegakkan adalah pre-eklampsia berat. 
2.8.4      Penatalaksanaan
Pada dasarnya pada pengelolaan preeklampsia berat, kita sedapat mungkin harus berusaha mempertahankan kehamilan sampai aterm. Pada kehamilan aterm persalinan pervaginam adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan seksio sesarea. Jika perjalanan penyakitnya memburuk dan dijumpai tanda-tanda impending eklampsia, kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang umur kehamilan. Di samping itu, pemeriksaan terhadap kesejahteraan janin harus dilakukan secara ketat. Biometri janin, biofisikal profil janin harus dievalusi 2x seminggu, bila keadaan janin memburuk terminasi kehamilan harus segera dilakukan, etrgantung dari keadaan janinnya apakah persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal.
Pada kehamilan preterm ≤37 minggu yang akan dilakukan terminasi kehamilan, pemberian kortikosteroid seperti dexamethasone atau betamethasone untuk pematangan paru harus dilakukan.
Pada penderita preeclampsia berat obat-obat yang dapat diberi untuk memperbaiki keadaan ibu dan janinnya adalah :
1.    Magnesium sulfat
2.    Anti hipertensi
3.    Kortikosteroid : dexamethasone atau betamethasone untuk pematangan paru


2.9      
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1    Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal dengan PEB

No Register                             : 320759
Hari/tanggal                             : Sabtu, 10 Desember 2011
Tempat Pengkajian                 : Ruang obstetric VK Ade Irma, RSUD
                                                 Sekarwangi
Waktu Pemberian Asuhan      : 18.30 WIB
Nama Pengkaji                       : Nourma Kurnia Fatmala

Kala I
I.        DATA SUBJEKTIF (S)
A.    Identitas

Pasien
Suami Pasien
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Golongan darah
Suku Bangsa
Alamat
Ny. R
38 tahun
IRT
SD
Islam
A
Sunda
Tn. R
35 tahun
Buruh
SMU
Islam
Tidak tahu
Sunda
Kp. Cibatu Girang Rt. 01/15, Pancalikan Desa Sekarwangi

B.    Keluhan Utama                       :
Pasien mengatakan sedang hamil 9 bulan, ini kehamilan yang kedua, pasien merasakan mules yang teratur dan tidak hilang ketika di bawa berjalan sejak kemarin malam pukul 20.00WIB, pasien juga mengatakan sudah keluar lendir bercampur darah namun belum keluar air-air yang banyak dan tidak tertahan dari jalan lahir dan gerakan janin masih aktif dirasakan ibu hingga saat ini. Sejak kemarin pasien merasakan pusing yang terasa berat. Penglihatan masih jelas dan pasien terkadang merasakan nyeri pada ulu hati namun saat pengkajian pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada ulu hati.

C.   Riwayat kehamilan sekarang
1.    Status kehamilan  : G2P1A0
2.    HPHT                    : 08-03-2011
3.    TP                         : 15-12-2011
4.    Usia kehamilan     : 39-40 minggu
5.    Gerakan janin       : masih dirasakan aktif dan sering
6.    Imunisasi TT         : 2x selama hamil
                                     TT1 pada tgl 16-8-2011
                                     TT2 pada tgl 29-11-2011
7.    Riwayat ANC        :
Pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 7 kali di bidan, hasil pemeriksaan terakhir bidan 1 hari yang lalu yaitu usia kehamilan pasien sudah 9 bulan, bidan menganjurkan ibu untuk melahirkan di rumah sakit karena tekanan darah ibu tinggi, dan protein urine +2, dan usia ibu termasuk usia risiko tinggi serta kondisi janinnya baik.
8.    Penggunaan obat-obatan atau jamu-jamuan selama hamil :
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan, ibu hanya mengkonsumsi obat yang diberikan bidan, seperti tablet penambah darah.

D.   Riwayat Obstetri
Tahun
Usia kehamilan
Jenis persalinan
Penolong
Nifas
Anak
Sex
BB
PB
Keadaan
2007
Aterm
Spontan
Bidan
Baik
P
3,5kg
50cm
Hidup
2011
Hamil ini








E.    Riwayat Kesehatan
-      Pasien mengatakan sedang menderita hipertensi sejak tanggal 25 November 2011 atau pada usia kehamilan 36-37 minggu
-   Tidak ada riwayat penyakit turunan seperti penyakit jantung, asma, DM,dll dalam keluarga pasien namun, ibu pasien menderita hipertensi
-        Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar
-        Pasien tidak mempunyai alergi pada obat dan makanan tertentu selama ini
-        Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami nyeri saat BAK dan gejala2 yang menunjukkan infeksi saluran kemih

F.    Aktifitas Sehari – hari
1.    Nutrisi dan hidrasi
a)  Makan terakhir  : pukul 11.30 WIB dengan nasi+bakso, porsi makan : sedang (setengah mangkuk)
b)    Minum terakhir : pukul 18.00 WIB dengan teh manis setengah gelas
2.    Eliminasi
a)    BAK     : ibu mengatakan sering sekali BAK, volume : banyak, tidak ada keluhan, terakhir BAK pukul 17.00 WIB
b)    BAB     : ibu mengatakan terakhir BAB pagi tadi, tidak ada keluhan
3.    Istirahat dan tidur : Ibu mengatakan tadi malam ibu masih bisa tertidur nyenyak dan merasa cukup istirahat.

II.      DATA OBJEKTIF (O)
Data penanganan sebelumnya:
Pasien dirujuk oleh Bidan N pada tanggal 10 Desember 2011 pukul: 18.25WIB. Di rumah bidan, pasien datang untuk memeriksakan kehamilannya dengan keluhan merasakan mulas yang semakin sering, pusing berat yang tidak hilang setelah diistirahatkan, penglihatan masih jelas. Bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya : TD : 180/100 mmHg, bidan lalu merujuk pasiennya ke  RSUD Sekarwangi dengan diagnosa sementara pre-eklampsia berat dan di rumah Bd. N pasien telah mendapatkan (meminum) nifedipine 1x10mg /sublingual pada pukul 16.00WIB.  

1.    Keadaan umum         : Baik
2.    Kesadaran                 : Compos Mentis
3.    Pemeriksaan tanda-tanda vital
a.    Tekanan darah    : 160/100 mmHg
b.    Nadi                     : 82 x/ menit
c.    Suhu                    : 37,20C
d.    Pernafasan          : 21 x/menit
4.    Pemeriksaan fisik
a.    Kepala
1)    Mata
-      Sclera                 : putih
-      Konjungtiva         : merah muda
2)    Muka                         : tidak oedem, tidak pucat
b.    Payudara                         : Keadaan umum bersih, putting
                                         menonjol kiri dan kanan, ASI (+)
c.    Abdomen : tidak terdapat luka operasi, tidak ada striae
                  gravidarum
1)    TFU               : 28 cm
2)    Leopold
-      Leopold I   : bokong
-      Leopold II  : puki, bagian kecil janin sebelah kanan
-      Leopold III : kepala, sebagian besar sudah masuk PAP
-      Leopold IV: divergen
3)     Perlimaan      : 2/5
4)    DJJ                : 140x/menit, reguler
5)    His                 : 3x/10’/40, kuat
6)    TBBJ             : 2635 gram
7)    Kandung kemih         : penuh
d.    Ekstremitas
1)    Atas   : tidak terdapat oedema, kuku jari tidak pucat
2)  Bawah: refleks patella +/+, oedema tungkai +/+, kuku jari tidak pucat, tidak ada varices
e.    Pemeriksaan Dalam
·         Vulva/vagina            : tidak ada varices dan tanda-tanda
                                  IMS, terdapat blood show
·         Portio                       : tipis, lunak
·         Pembukaan             : 7 cm
·         Ketuban                   : utuh
·         Presentasi                : kepala
·         Penurunan Kepala   : Station +1
·         Molase dan kaput    : tidak teraba
·         Bagian-bagian kecil : tidak teraba
·         UUK                         : UUK kiri depan
f.     Pemeriksaan Penunjang
Cek lab lengkap             :
1.    Hb                : 11,4 gr%
2.    Leukosit        : 7.100 mm3
3.    Trombosit     : 178.000 mm3
4.    Hematokrit   : 35%
5.    Gol. Darah   : A rhesus (+)
6.    Protein Urin  : +3
7.    GDS             : 78 mg/dl (nilai normal: <180)
8.    Ureum          : 16 mg/dl (nilai normal: 10-50)
9.    Creatinin       : 0,5 mg/dl (nilai normal: 0,5-0,9)
10.  SGOT          : 15 U/L (nilai normal: <21)
11.  SGPT           : 15 U/L (nilai normal: <29)

III.      ANALISA (A)
G2P1A0 parturient aterm kala I fase aktif dengan keadaan ibu pre eklampsia berat. Janin tunggal hidup intrauterine dengan keadaan baik.
-diagnosa potensial: -ibu: Eklampsia
                                  -janin:  hipoksia intrauterine

IV.      PENATALAKSANAAN (P)
1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa pembukaan sudah 7 cm, menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami PEB dan membutuhkan penanganan segera untuk mengantisipasi terjadinya kejan à ibu dan keluarga paham dan menyetujui penanganan yang akan dilakukan
2.    Kolaborasi dengan dokter, advice dokter :
1.    Protap PEB
àsudah dilakukan pemasangan infus RL 100cc+ 10 cc MgSO4 40% habis dalam 15-30 menit (Loading Dose) 120gtt/menit di lengan kanan, pukul : 18.45 WIB
ànifedipine 1x10mg à sudah diberikan nifedipine 1x10mg/Sublingual pada pukul 16.00WIB
2.    Induksi persalinan
àDrip Oxytocin 5 IU à sudah dilakukan pemasangan infus RL 500cc+Oxytocyn 5 IU 8gtt/menit di lengan kiri, pukul : 18.50 WIB
à Obs kemajuan persalinan, tanda vital dan DJJ
2.      Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap à ibu mengikuti anjuran, tidak mengedan
3.     Mengajarkan ibu teknik pernapasan untuk mengurangi nyeri saat ada his, menarik napas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut à ibu mengulangi apa yang diajarkan        
4.      Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang mudah diserap seperti roti, biskuit dll dan minum, agar ibu memiliki tenaga yang cukup untuk mengedan jika pembukaan sudah lengkap à ibu mau minum teh manis ½ gelas
5.      Melakukan pain relief (back rub) untuk mengurangi nyeri saat his à ibu merasa nyaman
6.   Memberitahu pasien untuk tidak menahan BAK agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin à pasien mengerti
7.      Memberi dukungan dan semangat pada ibu
8.   Menyiapkan partus set, hecting set, obat-obatan, air DTT, Klorin 0,5% dan perlengkapan ibu serta bayi
9.      Melakukan pemantauan his, DJJ, TTV setiap ½ jam, à TD ibu tetap tinggi


KALA II, pukul: 19.25 WIB
  I.      SUBJEKTIF (S)
Ibu mengatakan ingin sekali mengedan sudah seperti mau BAB
  II.    OBJEKTIF (O)
1.    Keadaan umum         : baik
2.    Pemeriksaan tanda-tanda vital
a)    TD           : 160/100 mmHg
b)    N             : 81 x/menit
c)    R             : 20 x/menit
d)    S             : 37,00C
3.    His     : 4x/10’/50” kuat
4.    DJJ    : 141x/menit, reguler
5.    Ekstremitas Atas       : lengan kanan terpasang infuse RL+ MgSO4, lengan kiri terpasang infus RL+oksitosin 5 IU
6.    Periksa dalam
a)    Vulva/vagina                   : tidak ada kelainan
b)    Portio                              : tidak teraba
c)    Pembukaan                    : 10 cm (lengkap)
d)    Ketuban                          : dilakukan amniotomi (19.25 WIB),
                                         warna air ket: jernih, bau:khas
e)    Presentasi                       : kepala
f)     Penurunan kepala          : hodge IV, ubun-ubun kecil : depan
g)    Molase dan kaput           : tidak teraba

 III.    ANALISA (A)
G2P1A0 parturient aterm kala II dengan keadaan ibu PEB. Janin tunggal hidup intrauterine dengan keadaan baik.
-diagnosa potensial        : ibu: eklampsia
                                        Janin: hipoksia intrauterine
-Kebutuhan                    : -kolaborasi dengan dokter, advice dokter:
  tindakan vakumà advice dokter
  dilaksanakan
-kolaborasi dengan petugas perinatologi
 menyiapkan alat resusitasi BBL

IV.    PENATALAKSANAAN (P)
1   Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, ibu diperbolehkan mengedan à ibu mulai mengedan
2      Memimpin ibu untuk mengedan saat ada his yang kuat selama 5 menit à ibu mengedan kurang baik, tidak ada penurunan kepala (kemajuan persalinan lambat)
3    Memberitahu ibu untuk beristirahat saat tidak ada his, menganjurkan ibu untuk menarik napas panjang à ibu mengikuti anjuran
4      Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu à ibu mau minum air putih setengah gelas
5      Memberikan dukungan dan pujian agar ibu tetap semangat
6     Bidan melakukan informed consent pada keluarga dan pasien untuk tindakan vakum à keluarga dan pasien menyetujui
7    Saat kepala terlihat di vulva, bidan melakukan episiotomi mediolateral untuk persiapan vakum
8      Bidan memasang cup vakum à pukul 19. 30 WIB cup vakum telah terpasang
9    Saat ibu ada his, memberitahu ibu untuk mengedan dengan kuat dan bidan melakukan penarikan cup vakum à Pukul  19.40 WIB Bayi lahir dengan EV, JK: P
10 Melakukan penilaian sekilas BBL à bayi langsung menangis warna kulit kemerahan, tangis kuat, terdapat kaput suksedaneum, gerak aktif, tidak ada kesulitan bernapas

KALA III, pukul: 19.40WIB
I.        SUBJEKTIF (S)
Ibu merasa lega dan sedikit lemas.

II.      OBJEKTIF (O)
1.    Keadaan umum         : Baik
2.    Kesadaran                  : Compos Mentis


3.    Pemeriksaan Fisik
a.    Abdomen            
-      Palpasi                       : tidak ada janin kedua
-      TFU                           : sepusat
-      Kontraksi uterus        : baik
-      Uterus                        : teraba globuler
-      Kandung kemih         : kosong
b.    Genitalia              : -tali pusat memanjang
                               -terdapat semburan darah
c.    Ekstremitas Atas : lengan kanan terpasang infus RL+ MgSO4 (loading dose), lengan kiri terpasang infus RL 500cc+oksitosin 5 IU 16gtt/menit

III.           ANALISA (A)
P2A0 kala III persalinan dengan keadaan ibu PEB

IV.          PENATALAKSANAAN (P)
1.  Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin agar rahim berkontraksi dengan baik dan mencegah perdarahan à ibu mengetahuinya
2.    Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 anterolateral paha kanan
3.    Mengklem dan memotong tali pusat à Bayi ditangani oleh bagian perinatologi
4.    Melakukan penegangan tali pusat terkendali à Plasenta lahir pukul 19.45WIB
5.    Melakukan masase uterus selama 15 detik à kontraksi uterus baik
6.    Memeriksa kelengkapan plasenta à plasenta lahir lengkap

KALA IV, pukul:  20.00WIB
I.        SUBJEKTIF (S)
Pasien merasa senang atas kelahiran putrinya dan merasa nyeri pada luka jalan lahir
II.      OBJEKTIF (O)
          1.    Keadaan umum         : baik
          2.    Pemeriksaan tanda-tanda vital
a.    TD          : 160/100 mmHg
b.    N            : 79x/menit
c.    R            : 21x/menit
d.    S            : 37,10C
          3.    Abdomen       : -TFU                          : sepusat
                           -Kontraksi uterus       : baik
  -Kandung kemih       : kosong
          4.    Genitalia        : -Perdarahan              : ±250 ml
  -perineum                  : laserasi grade II
d.    Ekstremitas Atas : lengan kanan terpasang infuse RL+ MgSO4 (loading dose) cairan infuse habis (selang di klem), lengan kiri terpasang infus RL 500cc+oksitosin 5 IU
                              
III.           ANALISA (A)
P2A0 kala IV persalinan dengan keadaan ibu PEB

IV.          PENATALAKSANAAN (P)
1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
2.    Memeriksa laserasi jalan lahir à terdapat laserasi pada perineum grade II
3.    Menyuntikkan lidokain 1% untuk anestesi pada luka episiotomià sudah dilakukan
4.    Melakukan penjahitan perineum teknik jelujur dan subkutikuler à laserasi teratasi
5.    Mengajarkan ibu teknik masase uterus agar uterus tetap berkontraksi dengan baik à ibu bisa melakukannya
6. Membersihkan ibu dan tempat bersalin, serta membantu ibu ganti pakaian, dan memakai kain à ibu merasa nyaman
7.  Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kala IV dan menganjurkan ibu untuk segera memberitahu petugas jika mengalami salah satu tanda bahaya à ibu mengerti
8.    Merapikan alat, mendekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
9.   Melakukan pemantauan kala IV (TD, N, Kontraksi, kandung kemih, TFU, perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama, tiap 30 menit pada 1 jam berikutnya à hasil pemantauan TD ibu masih tinggi)

3.3  Dokumentasi Asuhan Post Partum 4 Jam
No Register                             : 320759
Hari/tanggal                             : Sabtu, 10 Desember 2011
Tempat Pengkajian                 :Ruang Raden Dewi Sartika, RSUD   Sekarwangi
Waktu Pemberian Asuhan      : 23.30 WIB
Nama Pengkaji                       : Nourma Kurnia Fatmala

I.       SUBJEKTIF
A     Keluhan
Ibu mengeluh mulas pada bagian atas simfisis dan masih merasa pusing sedikit.

B     Riwayat persalinan
Persalinan ke             : 2
Tanggal persalinan    : 10 Desember 2011
Waktu                         : 19.40 WIB
Jenis persalinan        : ekstraksi vakum
Penolong                   : Bidan
Penyulit                      : PEB
Laserasi                     : terdapat laserasi grade II di perineum
Keadaan bayi             : bayi langsung menangis segera setelah lahir

C     Kebutuhan dasar
Nutrisi dan hidrasi  : ibu sudah makan 1kali sebanyak setengah porsi makanan yang diberi dari rumah sakit dengan nasi, sayur dan tahu dan ditambah dengan makanan ringan. Ibu terakhir minum air putih satu gelas saat dilakukan pengkajian.
Eliminasi          : ibu sudah BAK 1x  dan belum BAB
D     Aktivitas : ibu sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan
E     Laktasi : ibu belum menyusui bayinya karena tidak dilakukan rawat gabung

II.      OBJEKTIF
A     Keadaan umum         : baik
B     Pemeriksaan tanda-tanda vital
·         TD  : 150/100 mmHg
·         N     : 78 x/menit
·         R     : 19 x/menit
·         S     : 36,8 0C
C     Pemeriksaan fisik
a)    Kepala
-          Wajah             : tidak pucat dan tidak ada oedema
-          Mata               : konjungtiva berwarna merah muda dan
                        sclera berwarna putih
b)    Payudara             : bersih, simetris, puting menonjol, tidak
                              teraba masa atau benjolan pada kedua
                              payudara, ASI (+)
c)    Abdomen             : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
                              baik dan kandung kemih : penuh
d)    Genitalia               : -vulva : tidak ada varices dan tanda-tanda
                                          IMS
  -luka jalan lahir: basah,
  -lokhea : rubra, vol: ±50cc, bau : khas
  -ganti pembalut : 2 kali
e)  Ekstremitas  atas : tidak ada oedema, lengan kanan terpasang infus RL+ MgSO4 (maintenance dose), lengan kiri terpasang infus RL 500cc+oksitosin 5 IU
f)     Ekstremitas bawah: oedema +/+ dan varices

III.    ANALISA
P1A0  post partum 4 jam dengan keadaan Preeklampsi Berat.
Diagnosa potensial: Eklampsia

IV.    PENATALAKSANAAN
1      Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tekanan darah ibu masih tinggi àibu mengetahui keadaannya
2      Kolaborasi dengan dokter, advice dokter:
a.    Lanjut protap PEB maintenance doseàsudah terpasang infus RL 500cc + MgSO4 40% 15cc habis dalam 6 jam, 30gtt/menit di lengan kanan pukul: 20.05WIB
b.    Lanjut therapy oral
à asam mefenamat 3x1tab (500mg) à pasien sudah meminumnya
àFe 1x1 à pasien sudah meminumnya
àAmoxicillin 3x1tab (500mg) à pasien sudah meminumnya
à rencana pemberian nifedipine 1x10mg pukul 24.00 à pasien sudah meminumnya
c.    Dower cateterà DC telah terpasang pkl:23.05 WIB
3  Mengingatkan ibu untuk terus meraba rahimnya, dan jika terasa lembek segera memasase agar kembali berkontraksi dan mencegah perdarahanà ibu mengerti dan akan melakukannya
4    Memberitahu ibu tentang perawatan luka jahitan yaitu tetap menjaga kebersihan, mengganti pembalut minimal 3 kali, tidak mencebok dengan air hangat, tidak dibubuhi apapun à ibu mengerti
5    Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK karena bisa menghambat rahim berkontraksi dengan baikà ibu mengerti
6    Memberitahukan ibu pentingnya peran protein yang terkandung dalam makanan seperti telur, ikan, daging dan kacang-kacangan dalam penyembuhan luka jahitan, serta memberitahu bahwa tidak ada pantangan dalam hal makanan  àibu mengerti
7    Memberitahukan ibu untuk beristirahat dengan cara mengikuti pola istirahat bayi agar ibu tidak cepat lelah dan memberitahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu melelahkanà ibu mengerti
8      Menjelaskan tanda bahaya pada ibu nifas seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati,  dan memberitahukan ibu untuk segera menghubungi bidan jika mengalami salah satu atau lebih dari tanda bahaya tersebut àibu mengerti
3.2  Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
No Register                             : 320759
Hari/tanggal                             : Sabtu, 11 Desember 2011
Tempat Pengkajian                 : Ruang Perinatologi, RSUD Sekarwangi
Waktu Pemberian Asuhan      07.30 WIB
Nama Pengkaji                       : Nourma Kurnia Fatmala

I.      DATA SUBJEKTIF
A.    Identitas anak
Nama : By. Ny. R
Umur   : 12 jam
JK        : Perempuan
B.    Riwayat Ibu
1.    Faktor Lingkungan
Ventilasi                 : Baik
Pencahayaan        : baik, cahaya masuk ke dalam rumah
Sumber air                        : Air ledeng
Polusi Udara         : ibu tidak tinggal dekat pabrik, jalan raya maupun tempat penampungan sampah
2.    Faktor Genetik
Ibu mengatakan ia maupun keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti asma, kelainan jantung, maupun penyakit keturunan lainnya.
3.    Faktor Sosial
Ibu dan keluarga sangat senang menyambut kehadiran bayinya. Anak akan diasuh oleh kedua orang tuanya.
4.    Faktor Ibu dan Perinatal
Ibu tidak memiliki penyakit berat selama kehamilan
Usia kehamilan     : Aterm
Anak ke                 : 2
Penyulit                 : PEB
Konsumsi Obat     : Hanya obat yang diberikan oleh bidan 
5.    Faktor Neonatal
Anak lahir hidup dengan jenis kelamin , lahir vakum langsung menangis.
6.    Kebutuhan Sehari-hari
a.    Intake Cairan
Bayi belum diberi ASI
b.    Eliminasi
Bayi sudah BAK 5 kali dan BAB 3 kali.

II.    DATA OBJEKTIF
1.    Keadaan Umum         : Baik
Tonus Otot      : Aktif
Warna Kulit     : Kemerahan
Warna Bibir     : Kemerahan  
Tangis Bayi     : Kuat
Uk.Keseluruhan          : Proporsional
2.    Tanda-tanda Vital
Respirasi         : 52x/menit
BJA                 : 138x/menit
Suhu                : 36,7°C
3.    Pemeriksaan Fisik
a.    Antropometri
BB : 2500 gr          PB   : 47 cm
b.    Kepala
Ubun-ubun            : datar                          LK  : FO   : 32 cm
Molase                  : Tidak ada                         
Caput Suksedenum          : ada                      
Cephal Hematoma           : Tidak ada
c.    Telinga
Telinga dan sudut mata sejajar, tak ada pengeluaran dan tak ada kelainan
d.    Mata
Bersih, tak ada tanda-tanda infeksi
e.    Hidung dan Mulut
Tak ada kelainan, tidak ada pernafasan cuping hidung
f.     Leher
Tak ada pembengkakan dan gumpalan
g.    Dada
Bentuk simetris, puting sejajar, bunyi paru normal
h.    Abdomen
Tak ada penonjolan sekitar tali pusat, tak ada perdarahan sekitar tali pusat ketika menangis, tak ada tonjolan masa
i.      Genitalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat klitoris, lubang uretra dan vagina
j.      Punggung dan Anus
Tak ada spina bifida dan terdapat lubang pada anus
k.    Integuman
Terdapat sedikit verniks pada lipatan tubuh bayi
l.      Refleks
Moro          : +                                Rooting        : +
Sucking     : +                                Swallowing  : +
Grasping   : +                                Babinski     : +

III.     ANALISA
Bayi baru lahir normal 12 jam dengan keadaan bayi baik

IV.    PENATALAKSANAAN
1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2.    Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya dengan selalu menggunakan topi dan selalu mengganti pakaian bayi jika basah à ibu mengerti
3.    Memberitahu ibu bahwa benjolan pada kepala bayi akan segera menghilang dalam waktu 2-3 minggu tanpa memerlukan pengobatan apapun dan menjelaskan bahwa benjolan tersebut ada, karena ketika bersalin ibu dibantu alat à ibu mengerti
4.    Memotivasi ibu untuk memberi bayinya ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberi bayi makanan lain dan memberitahu ibu manfaat ASI eksklusif bagi bayi maupun ibu à ibu akan memberikan yang terbaik untuk bayinya
5.    Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yaitu bersih kering, tak perlu menggunakan koin dan betadine
6.    Memberitahu ibu untuk tidak lagi menggunakan gurita karena jika bayi memakai gurita khawatir sesak nafas à ibu tidak akan memakaikan gurita pada bayinya
7.    Memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya à ibu ingin segera menyusui bayi, namun sudah malam

3.4.    Dokumentasi Asuhan Post Partum 1 Hari
No Register                             : 320759
Hari/tanggal                             : Sabtu, 11 Desember 2011
Tempat Pengkajian                 :Ruang Raden Dewi Sartika, RSUD    Sekarwangi
Waktu Pemberian Asuhan      : 08.00 WIB
Nama Pengkaji                       : Nourma Kurnia Fatmala

I.       SUBJEKTIF
A     Keluhan
Pasien merasa saat ini sudah lebih sehat dari semalam dan pusing sedikit-sedikit menghilang dan pasien ingin bisa segera pulang
B     Riwayat persalinan
Persalinan ke             : 2
Tanggal persalinan    : 10 Desember 2011
Waktu                        : 19.40 WIB
Jenis persalinan         : ekstraksi vakum
Penolong                   : Bidan
Penyulit                      : PEB
Laserasi                     : terdapat laserasi grade II di perineum
Keadaan bayi                        : bayi langsung menangis segera setelah lahir
C     Kebutuhan dasar
Nutrisi dan hidrasi  : ibu sudah makan 1kali sebanyak setengah porsi makanan yang diberi dari rumah sakit dengan nasi, sayur dan tahu dan ditambah dengan makanan ringan. Ibu terakhir minum air putih satu gelas saat dilakukan pengkajian.
 Eliminasi         : ibu sudah BAK setelah melahirkan dan belum BAB
D     Aktivitas : ibu sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan
E     Laktasi : ibu belum menyusui bayinya karena tidak dilakukan rawat gabung

II.      OBJEKTIF
A     Keadaan umum         : baik
B     Pemeriksaan tanda-tanda vital
·         TD            : 140/90 mmHg
·         N  : 76 x/menit
·         R  : 20 x/menit
·         S   : 36,7 0C
C     Pemeriksaan fisik
g)    Kepala
-          Wajah             : tidak pucat dan tidak ada oedema
-          Mata               : konjungtiva berwarna merah muda dan
                        sclera berwarna putih
h)    Payudara             : bersih, simetris, puting menonjol, tidak
                              teraba masa atau benjolan pada kedua
                              payudara, ASI (+)
i)      Abdomen             : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
                             baik dan kandung kemih : kosong
j)      Genitalia               : -vulva : tidak ada varices dan tanda-tanda
                                           IMS
  -luka jalan lahir: basah,
  -lokhea : rubra, vol: ±50cc, bau : khas
  -ganti pembalut : 2 kali
k)    Ekstremitas  atas : tidak ada oedema, lengan kanan terpasang infus RL+ MgSO4 (maintenance dose) cairan infus sudah habis, lengan kiri terpasang infus RL 500cc+oksitosin 5 IU cairan infus sudah habis
l)      Ekstremitas bawah: tidak ada oedema dan varices

D     Pemeriksaan penunjang
-Hb : 10,0 gr%
-Leukosit : 11.900 mm3
-Protein urine : +2

III.    ANALISA
P1A0  post partum 1 hari dengan keadaan pre-eklampsia berat dan anemia ringan.
Diagnosa potensial : Eklampsia dan anemia berat

IV.    PENATALAKSANAAN
1     Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tekanan darah ibu sudah menurun namun keadaan ibu masih tidak memungkinkan untuk pulang àibu mengetahui keadaannya namun tetap meminta untuk bisa pulang
2      Kolaborasi dengan dokter, advice dokter:
a.    obs TTV, jika hasil dbn pasien diperbolehkan pulang
à hasil pemeriksaan selanjutnya TD : 140/90mmHg dan R: 19x/menit
b.    pantau vol. urine
à sejak dipasang DC tadi malam vol urine dalam urine bag ± 400cc
c.    lanjut therapy oral
à asam mefenamat 3x1tab (500mg) à pasien sudah meminumnya
àFe 1x2 à pasien sudah meminumnya
àAmoxicillin 3x1tab (500mg) à pasien sudah meminumnya
à nifedipine 3x10mg à pasien sudah meminumnya
d.    up DC à Dc telah dilepas
e.    up infusà kedua jalur infus sudah di-up pukul 09.00WIB
3  Mengingatkan ibu untuk terus meraba rahimnya, dan jika terasa lembek segera memasase agar kembali berkontraksi dan mencegah perdarahanà ibu mengerti dan akan melakukannya
4  Mengingatkan ibu tentang perawatan luka jahitan yaitu tetap menjaga kebersihan, mengganti pembalut minimal 3 kali, tidak mencebok dengan air hangat, tidak dibubuhi apapun à ibu mengerti
5    Mengingatkan ibu untuk tidak menahan BAK karena bisa menghambat rahim berkontraksi dengan baikà ibu mengerti
6   Mengingatkan ibu pentingnya peran protein yang terkandung dalam makanan seperti telur, ikan, daging dan kacang-kacangan dalam penyembuhan luka jahitan, serta memberitahu bahwa tidak ada pantangan dalam hal makanan  àibu mengerti
7     Mengingatkankan ibu untuk beristirahat dengan cara mengikuti pola istirahat bayi agar ibu tidak cepat lelah dan memberitahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu melelahkanà ibu mengerti
8    Menjelaskan tanda bahaya pada ibu nifas seperti sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati,  dan memberitahukan ibu untuk segera menghubungi bidan jika mengalami salah satu atau lebih dari tanda bahaya tersebut àibu mengerti
9  Memberitahu ibu untuk menandatangani surat pernyataan pasien pulang dengan keinginan sendiri à pasien menandatangani surat
10   Membantu ibu untuk persiapan pulang à pukul 11.00 WIB pasien meninggalkan RS Sekarwangi dengan cara pulang paksa karena tidak ada yang mengurus anak di rumah
Lembar observasi
Waktu
TTV
Intake
Output
10 Des 2011
18.45 WIB
Respirasi : 21x/menit
Refleks patella +/+
110cc MgSO4 + RL (loading dose)
±200cc
18.50 WIB

500 cc RL+ 0,5cc oxytocin

19.25 WIB
Respirasi : 20x/menit
±125 cc /oral

20.00 WIB

±200 cc/oral

23.05 WIB
Terpasang DC
Respirasi : 22x/menit
Refleks patella +/+

(jml dalam urine bag)
50cc
23.30 WIB

±250 cc/oral
±100cc
11 Des 2011
01.00 WIB
Respirasi : 19x/menit

±250cc
03.00 WIB


±300cc
05.00 WIB
Respirasi : 21x/menit


08.00 WIB
Repirasi : 18x/menit
Refleks patella +/+

±400cc
3.5 Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Postpartum 2 Minggu
                                  
No Register                             : 320759
Hari/tanggal                             : Sabtu, 24 Desember 2011
Tempat Pengkajian                 : Rumah Klien
Waktu Pemberian Asuhan      : 10.30 WIB
Nama Pengkaji                       : Nourma Kurnia Fatmala

I.       Data Subjektif (S)
A     Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa dan merasa lebih sehat semakin harinya, sudah tidak keluaran darah, saat ini pengeluaran dari jalan lahir sedikit berwarna putih kekuningan, ASI keluar banyak, frekuensi menyusui bayi sering
B     Riwayat Psikososial
1.    Respon suami dan keluarga : baik, senang dengan keberadaan      bayi
2.    Bayi dirawat oleh ibu sendiri tetapi terkadang dibantu oleh keluarga (ibu klien)

C     Rencana Kontrasepsi
1.    Jenis Kontrasepsi yang akan dipakai    : IUD
2.    Alasan ikut ber-KB                                 : ingin mengatur jarak kehamilan dan membatasi jumlah anak
D     Aktifitas sehari-hari
1.    Pola nutrisi dan hidrasi
a)    Makan          : ibu makan 3 x/hari, porsi makan sedang, jenis makanan  ikan, nasi, sayur, telur
b)    Minum          : ibu mengatakan sering sekali minum karena mudah merasa haus terutama bila sudah menyusui, minum > 8 gelas/hari
2.    Pola istirahat dan tidur
a)    Tidur siang   : ibu mengatakan rutin tidur siang ±2jam
b)    Tidur malam : ibu mengatakan tidur malam kurang
     nyenyak karena bayinya sering terbangun di
    malam hari
3.    Pola eliminasi
a)    BAK              : ibu mengatakan BAK 4-5x/hari, volume urine
  banyak, tidak ada keluhan
b)    BAB              : ibu mengatakan BAB 1x/hari, tidak ada
  keluhan
4.    Frekuensi menyusui : dalam sehari ibu sering sekali
                                    menyusui bayinya,>8x/hari, ASI keluar
                                    banyak, tidak ada keluhan saat
                                    menyusui
5.    Personal hygiene :ibu mandi 2x/hari, mengganti
                              pembalut 2x/hari
6.    Beban kerja        : ringan
7.    Olahraga            :ibu mengatakan jarang berolahraga

II.    Data Objektif (O)
a.       Keadaan umum   : baik
b.       Kesadaran           : Composmentis
c.       Pemeriksaan tanda-tanda vital
1)    TD                  : 130/90 mmHg
2)    N                    : 79x/menit
3)    R                    : 20x/menit
4)    S                    : 36,70C
d.    Pemeriksaan fisik
1)    Kepala
a)    Muka       : tidak oedem, tidak pucat
b)    Mata
-          Konjungtiva    : tidak anemis
-          Sklera             : tidak ikterus 
2)    Leher
a)  Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
b)  Tidak ada peningkatan vena jugularis
3)    Payudara       : bentuk simetris, tidak teraba massa/benjolan dikedua payudara, puting menonjol, ASI (+)
4)    Abdomen       : tidak terdapat luka bekas operasi, TFU : fundus uteri sudah tidak teraba
5)    Genitalia
a)      Vulva/vagina     : tidak ada kelainan
b)      Lochea              : berwarna putih kekuningan, jumlah
                           lochea yang keluar sedikit
c)      Perineum          : luka jahitan kering, tidak terdapat pus
                           pada luka jahitan
6)    Ekstremitas
a)      Atas                  : tidak oedem
b)      Bawah              : tidak oedem

e.    Pemeriksaan penunjang
1)    Hb                : 11,4 gr %
2)    Protein urin   : negatif
3)    Glukosa urin : negatif

III.   Analisa (A)
P2A0 postpartum 2 minggu dengan keadaan ibu baik

IV.  Penatalaksanaan (P)
1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu tekanan darah ibu masih tinggi → ibu merasa sedikit cemas
2. Menganjurkan ibu untuk kontrol ke bidan terdekat di sekitar rumahnya untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu→ ibu akan segera kontrol ke bidan
3.    Memberitahu ibu untuk beristirahat yang cukup agar kondisi ibu tetap sehat dan tidak mudah sakit, usahakan untuk tidur saat bayi tertidur → ibu mengikuti anjuran, beristirahat ketika bayi tidur
4.  Memberitahu ibu untuk berolahraga secara teratur setiap pagi agar otot-otot tidak kaku dan badan selalu sehat → ibu akan mencoba untuk teratur berolahraga
5. Melakukan konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang ada → ibu sudah mempunyai pilihan untuk menggunakan kontrasepsi IUD
6.    Mengajarkan ibu cara merawat payudara yang benar agar tetap bersih
7.    Melakukan pendokumentasian asuhan



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.      Pengkajian Data Subjektif
4.1.1.    Pada kasus ini, dari data subjektif hasil anamnesa, pasien dirujuk oleh bidan karena mengalami preeklampsia berat. Pasien mengatakan tidak menderita hipertensi sebelum hamil, pasien baru menderita hipertensi sejak usia kehamilan 8 bulan (pada tanggal 25 November 2011 dengan usia kehamilan 36-37 minggu), pasien merasakan pusing yang terasa berat dan tidak bisa hilang setelah diistirahatkan, penglihatan masih jelas dan pasien terkadang merasakan nyeri pada ulu hati namun saat pengkajian pasien tidak merasakan nyeri ulu hati à menurut teori, tanda dan gejala (subjektif) pada kasus PEB adalah: Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu dengan gejala :
a.    Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur
b. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atau abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
c.    Malaise
d.    Mual, muntah
e.    Dyspneu (jika terjadi edema paru)
f.     Hematuria
g.    Oedema pada jari tangan dan muka
h.    Kenaikan berat badan berlebih
i.    Nyeri perut dan perdarahan pervaginam (jika terjadi slutio plasenta) atau gejala lain yang menyangkut PEB
àterdapat kesesuaian antara teori dan pengkajian data subjektif pada Ny. R
4.1.2.    Pasien memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi yang diderita oleh ibu pasien → Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsi, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi (Sarwono 2009: 536)à terdapat kesesuaian antara teori dan pengkajian riwayat kesehatan pasien
4.1.3.   Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami nyeri saat BAK dan gejala2 yang menunjukkan infeksi saluran kemih ; proteinuria yang ditemukan pada ibu yang tidak mengalami infeksi saluran kemih merupakan indikasi adanya endoteliosis glomerulus. Jumlah protein dalam urine sering digunakan sebagai indeks keparahan pre-eklampsia (Kuo et al 1992).

4.2.        Pengkajian Data Objektif
4.2.1      Pada pemeriksaan objektif, di dapatkan tekanan darah : 160/100 mmHg yang menunjukan bahwa ibu mengalami hipertensi, Nadi : 82 x/ menit, Suhu : 37,20C, Pernafasan : 21 x/menit, refleks patella +/+, vol.urine: ±125cc serta dilakukan pemeriksaan penunjang; Hb: 11,4gr%, Leukosit : 7.100 mm3,  Trombosit : 178.000 mm3, Hematokrit : 35%, Gol. Darah     : A rhesus (+), Protein Urin  : +3, terdapat oedema tungkai pada kedua kaki, namun tidak ditemukan adanya oedema pada wajah dan tangan. Preeklampsia berat ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah selama  kehamilan (sistolik ≥160mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110mmHg dan disertai proteinuria >5gr/24jam atau reagen urine +2 atau +3.) à terdapat kesesuaian antara teori dan pengkajian data objektif
4.2.1. Pada pemeriksaan genitalia, ditemukan bahwa pasien tidak mengalami keputihan, sudah keluaran blood show, dan ketuban utuh ; rabas vagina, darah, cairan amniotic dan bacteria dapat mengkontaminasi spesimen pemeriksaan dan memberikan hasil positif yang salah (Brown & Budlle 1995). Dalam kasus ini, pemeriksaan protein urine dilakukan dengan kateterisasi urine, sebelumnya dilakukan vulva hygiene untuk menghindari hasil pemeriksaan positif / negatif palsu dan hasilnya, proteinuria +3 yang menunjukkan bahwa pasien mengalami pre-eklampsia berat.

4.3.        Analisa Data
4.3.1. Dari data subjektif dan objektif di dapatkan diagnosa bahwa pasien dalam keadaan parturient aterm dengan pre-eklampsia berat.
4.3.2.   Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus ini adalah eklampsia, dan pada janin akan menyebabkan hipoksia intrauterine tidak terjadi
4.3.3.  Terdapat masalah yang terjadi saat pengkajian kala IV yaitu pasien merasa nyeri pada luka jalan lahir karena pada saat dilakukan tindakan vacuum, perineum mengalami laserasi grade II (luka episiotomi).

4.4.        Penatalaksanaan
4.4.1   Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia adalah sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada  eklampsia dan 24 jam pada pre-eklampsia. Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia sepert hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih.
4.4.2   Penatalaksanaan kasus ini adalah kolaborasi dengan dokter untuk melakukan cek laboratorium lengkap dan protein urine, pelaksanaan protap PEB, induksi persalinan dan observasi kemajuan persalinan, TTV dan DJJ → induksi persalinan sesuai dengan protap peb yang ada di RS dan berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, penatalaksanaan persalinan pada kasus PEB jika serviks matang dapat dilakukan dengan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.  Sesuai dengan teori.
4.4.3  Bidan sudah memberi pasien nifedipine 1x10mg/ sublingual pada pukul 16.00WIB untuk menurunkan tekanan darah dan mengantisipasi terjadinya kejang sebelum merujuk pasien. Bidan tidak melakukan pemasangan infus; seharusnya bidan mempersiapkan BAKSOKUDO sebelum melakukan rujukan sehingga saat pasien dirujuk ke RS sudah terpasang infus sebagai persiapan obat esensial. (Buku Acuan APN 2008)
4.4.4    Melakukan cek lab lengkap sebagai pemeriksaan  penunjangà Cek lab lengkap dipilih sebelum dilakukannya protap PEB agar didapatkan hasil yang menunjang untuk dilakukannya protap PEB dan juga untuk mengetahui apakah ada penyakit lain yang pasien derita (Sarwono 2009: 545). Sesuai dengan teori.
4.4.5 Melakukan protap PEB sebagai antisipasi terjadinya eklampsia yaitu : pemasangan Dower Cateter, pemberian oksigen, pemberian MgSO4, anti-hipertensi dan induksi persalinan → tidak dilakukannya pemasangan oksigen dan dower cateter baru dipasang setelah MgSO4 loading dose masuk, sedangkan kedua prosedur tersebut termasuk ke dalam protap PEB di BLUD RS Sekarwangi. Pemantauan intake dan output cairan sangat penting dalam pengelolaan kasus PEB karena penderita pre-eklampsia memiliki resiko tinggi terjadinya oedama paru dan oliguri (Sarwono Prawiroharjo 2009). Terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yang terdapat di lahan.
4.4.6  Tindakan persalinan pada kasus PEB dilakukan untuk mempersingkat kala II pada persalinan sehingga pasien tidak mengedan terlalu lama à Tindakan vakum pada kasus PEB dilakukan untuk mempersingkat kala II persallinan (Myles 2009)


BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
5.1.1.    Pada kasus ini, pengkajian data sudah cukup menunjang untuk penegakkan diagnosis pre-eklampsia berat
5.1.2.    Analisa data didasarkan pada  hasil anamnesa (subjektif) dan pemeriksaan fisik (objektif)
5.1.3.    Penatalaksanaan pada kasus ini menitikberatkan pada pencegahan terjadinya eklampsia dengan pemberian antikonvulsan dan antihipertensi. Penatalaksanaan lain sudah mendukung dan sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun pada penatalaksanaan pengkaji kurang begitu mengobservasi intake & output cairan sehingga penatalaksanaan tidak sesuai dengan teori. Untuk penatalaksanaan secara keseluruhan pada pasien ini sudah sesuai dengan prosedur tetap RS Sekarwangi

5.2. Saran
5.2.1. Diharapkan pelayanan yang sudah baik di Ruang VK Ade Irma RSUD Sekarwangi hendaknya dapat tetap selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terbaru agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
5.2.2. Diharapkan bidan selalu dapat termotivasi untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, khususnya tentang kasus obsetri dan kegawatdaruratan.
5.2.3. Bagi mahasiswa yang melakukan asuhan kebidanan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat memberikan asuhan dengan cepat dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifudin, Abdul. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta  
Cunningham F, Gary, dkk. 2005. Obstetri Wiliam 21.EGC: Jakarta
J.Leveno, Kenneth, dkk. 2009. Obstetri William. EGC: Jakarta
M. Fraser, Diane dan Margaret A. Cooper. 2009. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. EGC : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
Star, L Winifred. 2001. Ambulatory Obstetric Third Edition. UCSF Nursing Press: USA
Yeyeh Rukiyah, Ai. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Trans Info Media

No comments:

Post a Comment