1.
Definisi
Infeksi
saluran pernapasan bawah yang dibatasi sampai trakea dan bronkus disebut
bronchitis. Bronchitis dapat muncul sebagai respon radang terhadap infeksi
saluran pernapasan atas yang tidak menyeluruh. Pada wanita usia reproduksi yang
sehat bronchitis adalah sindrom demam virus khususnya malaise, keletihan, sakit
tenggorokan, nyeri dada dan batuk. Nyeri dada yang bertambah buruk dengan napas
pendek atau dengan nyeri pada inspirasi menandakan pneumonia.(Varney, Helen.
2006).
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan
batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau
paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490)
Bronkitis
adalah pembengkakan pada organ pernapasan dan terutama pohon bronkial. Bronkitis adalah penyakit di mana
saluran udara yang diblokir oleh produksi dahak dan lendir yang berlebihan dan
batuk selama minimal tiga bulan sekali dalam dua tahun. Ketika tabung terinfeksi dan bengkak,
mereka menghasilkan lendir tebal yang membuatnya sulit untuk bernapas.
Ada
dua jenis bronchitis, yaitu bronchitis akut dan bronchitis kronis. Bronchitis
akut adalah inflamasi pada trakea dan dinding bronchial. Penyebabnya ialah
infeksi virus, micoplasma, atau bakteri atau dari kontak dengan iritan
(seperti: asap, debu, atau serbuk sari). (Marchese & Diamond, 1995; Mays
& Leiner, 1996). Bronchitis akut hidup pendek, pada
umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu),
rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,
terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
Bronkitis
kronis adalah infeksi jangka panjang yang bisa menjadi fatal jika dibiarkan
tanpa diberi perawatan. Virus dan
bakteri penyebab bronkitis akut, sedangkan hasil pemeriksaan menyatakan bahwa
bronkitis kronis merupakan manifestasi dari merokok dalam jangka waktu yang
lama dan/ atau menghisap banyak asap rokok serta polutan di lingkungan yang
mengganggu saluran pernapasan.
2.
Etiologi
Penyebab bronchitis atau radang bronki
dapat bermacam-macam. Penyebab umum ialah : virus (adenovirus, influenza,
parainfluenza, respiratory syncytial virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes
simplex virus, lalu dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti S.
pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae (Taiwan acute respiratory
[TWAR] agent), Mycoplasma species. Adapun penyebab spesifik
ialah: Influenza, Pertusis, Campak (morbilli), Salmonella, Difteria, Scarlet
fever,
Polusi udara, seperti merokok. Faktor keturunan dan status sosial
pun dapat menjadi penyebab bronchitis. Secara jelasnya akan dibahas satu
persatu penyebab bronchitis dibawah ini:
a.
Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis, rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan yang juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis, rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan yang juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
b.
Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
c.
Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti CO2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti CO2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
d.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e.
Faktor sosial ekonomi
Kematian
pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
Penyebab
bronchitis berdasarkan terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit, ialah:
a. Bronkitis akut
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah
virus, yakni virus
influenza, Rhinovirus, Adenivirus,
dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma
pnemoniae, Clamydia pnemoniae,
dan lain-lain.
b. Bronchitis kronis
Saluran napas yang menerima rangsangan
terus-menerus dari asap rokok, asap/debu industri atau keadaan polusi udara
yang menyebabkan keradangan kronis dan produksi lendir yang berlebihan sehingga
mudah menimbulkan infeksi ulang.
3.
Faktor
Predisposisi
Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan terjadinya bronchitis ialah faktor lingkungan seperti
banyaknya asap rokok yang dihasilkan oleh perokok aktif, alergi, cuaca, keadaan
umum yang kurang baik (Poor Health).
4.
Tanda
dan Gejala
Berupa batuk berdahak (dahaknya bisa
berwarna kemerahan), Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak
akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
a.
Sesak napas ketika melakukan olah
raga atau aktivitas ringan
b.
Sering menderita infeksi pernapasan
(misalnya flu)
c.
Lelah
d.
Demam tinggi selama 3-5 hari
e.
Rasa tidak enak di bawah tulang
dada : Seperti terbakar dan sakit
f.
Muntah
Tanda
dan gejala berdasarkan terminologi (istilah)
berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat ringannya penyakit,
ialah:
a.
Bronchitis akut
Sesak
napas, nyeri ringan di dada, mengalami demam ringan, batuk terus-menerus dengan
lendir, menggigil, sesak di dada, nafas berbunyi, dan sakit kepala.
b.
Bronchitis kronis
Keluhan
dan gejala-gejala klinis bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
1)
Batuk dengan
dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak dan
berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat
dijumpai batuk darah.
2)
Sesak napas dan bersifat
progresif (makin berat) saat beraktifitas.
3)
Adakalanya
terdengar suara mengi (ngik-ngik).
4)
Pada pemeriksaan
dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara “krok-krok” terutama saat
inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.
5.
Komplikasi
a.
Otitis
b.
Sinusitis
c.
Pneumonia
d.
Terutama kalau gizi buruk
e.
Bronkiektasis
f.
Bronkopneumonia
g.
Gagal nafas
akut
6.
Patofisiologi
Selama
kehamilan, tubuh wanita mengalami banyak perubahan. Tubuh wanita tidak hanya
mengkonsumsi oksigen dan nutrisi untuk kebutuhan dirinya sendiri namun juga
untuk janin yang berada di dalam tubuhnya. Ada faktor-faktor penting yang terlibat
ketika berhadapan dengan kesehatan wanita hamil seperti perubahan fisiologis
dan anatomis mereka karena kehamilan, menyeimbangkan kebutuhan janin dan ibu,
dan kerentanan wanita hamil terhadap penyakit.
Penemuan patologis dari bronchitis adalah
hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet
disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu
batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah
merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi
tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan
mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat
dysplasia sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Masalah kesehatan pernapasan memiliki kemungkinan untuk memburuk selama kehamilan karena rahim yang membesar cenderung menekan diafragma, mengecilkan ruang yang tersedia di paru-paru dan ukuran rongga dada ketika fungsi paru-paru sangat penting untuk memasok pertukaran oksigen yang cukup untuk ibu dan janin.
Masalah kesehatan pernapasan memiliki kemungkinan untuk memburuk selama kehamilan karena rahim yang membesar cenderung menekan diafragma, mengecilkan ruang yang tersedia di paru-paru dan ukuran rongga dada ketika fungsi paru-paru sangat penting untuk memasok pertukaran oksigen yang cukup untuk ibu dan janin.
Selain
itu, evaluasi histologis pada saluran pernapasan bagian atas selama kehamilan
menampakkan hiperemia (peningkatan jumlah darah), hiperaktivitas kelenjar
(peningkatan beban kerja kelenjar), meningkatnya isi mukopolisakarida, dan
meningkatnya aktivitas fagositosis. Perubahan ini tampaknya disebabkan oleh
peningkatan kadar estrogen. Akibatnya, wanita hamil mengalami hidung berdarah
dan hidung tersumbat.
7.
Penanganan
a.
Deteksi dini
Dengan
cukup mengetahui tentang perubahan fisiologi pernapasan di antara wanita hamil
merupakan hal yang sangat penting untuk pengobatan dan perawatan ketika mereka
terkena penyakit pernapasan. Seperti yang telah diketahui, perubahan-perubahan ini
memungkinkan calon ibu memenuhi kebutuhan metabolik bayi yang akan lahir. Untuk
mendiagnosa penyakit ini digunakan tes-tes oleh para dokter selain lewat
tanda-tanda dan gejala yang jelas dalam menyakinkan penyakit ini, tes-tes
seperti tes fungsi paru-paru, pulsa oksimetri, gas darah arteri, rontgen dada,
dan pemeriksaan dahak.
b.
Anamnesa
Untuk
mendukung diagnosis, yang dapat dilakukan ialah mengidentisikasi klien dengan
menganamnesa dengan pertanyaan yang mengarah. Dari anamnesa tersebut, seorang
ibu (klien) dapat mengeluhkan riwayat faktor predisposisi yang terkait dengan
bronchitis dibawah ini (Shannon, 1995):
a.
Merokok
b.
Menderita
penyakit ISPA
c.
Menderita infeksi
d.
Penyakit
obstruktif paru akut
e.
Asma
Seorang ibu juga dapat (klien) mengeluhkan
salah satu atau lebih gejala dibawah ini (Shannon, 1995):
a.
Batuk produktif
(berlendir sampai purulen)
b.
Ketidaknyamanan
dada substernal
c.
Gejala ISPA
·
Malaise
·
Rhinorrhea
·
Sakit tenggorokan
·
Sakit kepala
c.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik memperlihatkan:
a.
Suhu normal atau
sedikit meninggi
b.
Hiperemi
faringeal
c.
Auskultasi paru :
rhonchi, wheezing, atau crackles without
consolidation
d.
Penatalaksanaan
Pada
sebagian besar kasus, infeksi akan jelas dan batuk akan sembuh dalam satu atau
dua minggu dengan terapi suportif, yang sebaiknya menyertakan program biasa
seperti istirahat, meningkatkan cairan, dan dekongestan atau penekan batuk.
Jika batuk adalah gejala utama, penggunaan inhaler albuterol (proventil,
ventolin) dapat meredakan gejala. Jika inhaler diresepkan, petunjuknya harus
dua kali isapan, sebaiknya setiap 4-6 jam sesuai yang dibutuhkan untuk
melegakan gejala. Frekuensi penggunaan yang lebih banyak, atau penggunaan yang
berkepanjangan, membutuhkan rujukan ke dokter.
Pengobatan
bronkitis pada wanita hamil sama dengan mereka yang tidak hamil. Dalam kasus
manapun, jika penyakit ini disebabkan oleh virus maka pengunaan antibiotik
tidak berguna (karena diresepkan bagi bronkitis yang disebabkan bakteri).
Bronkitis akut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dan hilang dalam waktu seminggu.
Pengobatan umumnya terdiri dari istirahat penuh, banyak minum, penggunaan humidifier
(pelembab udara) untuk membersihkan paru-paru, dan menghindari polusi udara
seperti merokok. Meskipun aspirin cukup umum diberikan pada setiap orang,
wanita hamil tidak dibolehkan untuk menggunakannya karena dapat mengakibatkan
pendarahan dan bisa menimbulkan komplikasi.
Selain
itu, pencegahan selalu lebih baik daripada menyembuhkan. Karena berada dalam
kondisi yang rentan, wanita hamil harus selalu berhati-hati dengan tubuh mereka
seperti selalu mencuci tangan mereka (untuk menghindari bronkitis virus atau
bakteri) dan berhenti merokok atau menghindari perokok. Wanita hamil juga
disarankan untuk mendapatkan vaksin flu terutama jika mereka akan hamil selama
musim flu. Meskipun vaksin tidak akan sepenuhnya mencegah wanita tersebut
terkena bronkitis, hal tersebut setidaknya memberikan perlindungan dari virus
tertentu yang menyebabkan penyakit pernapasan.
Wanita
hamil menderita bronkitis diperlakukan dalam metode yang sama seperti yang
dilakukan oleh individu non-hamil normal. Pasien
disarankan istirahat total, asupan banyak cairan seperti air dan jus buah
segar, selain dari saran untuk menghindari paparan polutan dan merokok. Aspirin biasanya diresepkan untuk
individu yang tidak hamil normal sebagai asupan aspirin oleh wanita hamil dapat
menyebabkan perdarahan dan komplikasi lain.
Kondisi
penyakit pernapasan apapun dapat memberikan dampak serius pada bayi yang akan
lahir jika dibiarkan berkembang hingga pertukaran oksigen-karbondioksida
terganggu dan membahayakan.
Penatalaksanaan
medis yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut.
1.
Tes Diagnostik
Diagnosis
bronchitis akut biasanya berdasar pada riwayat, keadaan klinis, dan penemuan
pada pemeriksaan fisik. Namun, tes berikut dapat dilakukan dengan beberapa
gejala, riwayat kondisi pulmonal, atau ketika terdapat suspek patologi.
a.
Chest
x-ray à biasanya
dalam batas normal
b.
Kultur sputum
dan/ atau smearà
dapat menunjukkan pathogen spesifik (biasanya kontaminan umum orofaringeal
pulih dan tidak diketahui secara signifikan)
c.
Tuberculosis
skin test
2.
Manajemen /
Pengobatan
a.
Pengobatan
simptomatik pada wanita dengan bronchitis akut mencakup: istirahat, peningkatan
asupan cairan, dan penggunaan asetaminofen, 650mg per-oral setiap 4jam, sesuai
kebutuhan (untuk mengurangi rasa nyeri karena sakit kepala, dan demam)
b.
Penekanan batuk
dapat dicoba melalui penggunaan obat-obatan yang mengandung dekstrometorfan.
Dosis lazim adalah 15 mg per-oral setiap 6 jam. Nasehati klien untuk meminta
pada apoteker agar obatnya tidak mengandung alcohol.
c.
Menimbang
penggunaan bronkodilator inhalasi pada wanita dengan suara napas abnormal
(misalnya: wheezing).
·
Dosis lazim
albuterol satu sampai dua tiupan setiap 4 jam
d.
Terapi
antimikrobial tidak diindikasikan dalam pengobatan bronchitis akut pada wanita
sehat. Namun, pada wanita dengan riwayat penyakit paru sebelumnya (penyakit
obstruksi paru akut), penggunaan antibiotik mungkin bermanfaat. Agen berikut
dapat dipertimbangkan untuk digunakan:
·
Eritromisin 250
mg p.o q.i.d selama 7 sampai 10 hari
Catatan : hindari
penggunaan estolate eritromisin, yang telah didokumentasikan untuk menginduksi
hepatotoksisitas pada wanita hamil. (Briggs, Freeman, & Yaffe, 1994).
Eritromisin memberikan spektrum luas dengan cakupan biaya terbatas.
·
Amoksisilin 500mg
p.o t.i.d selama 7 sampai 10 hari.
e.
Jika ibu diduga
mengalami infeksi influenza tipe A dan dia berada pada peningkatan risiko
komplikasi yang terkait dengan penyakit ini, Amantadine hidroklorid mungkin
diresepkan setelah konsultasi dengan dokter.
f.
Jika diduga
pertusis, konsultasikan pada dokter. Terapi antibiotik yang direkomendasikan
untuk pertusis ialah eritromisin atau trimetroprim-sulfametksazole selama 14
hari.
3.
Konsultasi
Konsultasi
pada dokter, sesuai indikasi, untuk wanita hamil dengan penyakit obstruksi paru
akut, beberapa gejala respirasi, kondisi signifikan medical yang pokok, atau
ketika respon inadekuat pada pengobatan dicurigai.
4.
Pendidikan kesehatan
bagi klien (Tindakan suportif)
1)
Beritahu ibu
mengenai bronchitis akut, penyebabnya, pengobatan, tanda dan gejala komplikasi,
dan beberapa rencana untuk evaluasi lanjutan.
2)
Yakinkan kembali
ibu bahwa bronchitis akut tidak berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan
bagi janin/ bayi baru lahir.
3)
Jika ibu merokok,
beritahu ibu mengenai konsekuensi yang merugikan bagi janin dan kehamilan dari
merokok, dan cara untuk mengurangi atau berhenti merokok. Jika memungkinkan,
rujuk ibu untuk mengikuti program berhenti merokok dengan kelompok pendukung.
(Shwartz, 1992)
4)
Pendidikan bagi pasien dan
keluarganya tentang
·
Menghindari merokok
·
Menghindari iritan lainnya yang
dapat terhirup
·
Mengontrol suhu dan kelembaban
lingkungan
·
Nutrisi yang baik
·
Hidrasi yang adekuat
5.
Follow-Up
1)
Jika
diindikasikan untuk konsultasi pada dokter, rujuk per-rekomendasi dari dokter
2)
Evaluasi ibu yang
telah diresepkan antibiotik satu sampai dua minggu setelah terapi.
3)
Dokumentasikan
diagnosis bronchitis akut dan manajemen dalam catatan perkembangan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Varney,
Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Vol.1. Jakarta: EGC
NN. Wanita Hamil dengan Bronkitis
http://doktermu.com/kehamilan/163-wanita-hamil-dengan-bronkitis. (Diakses
tanggal 25 Maret 2011)
Foezi
Citra Cuaca Elmart. Asuhan pada Kehamilan dan Persalinan yang Disertai
Penyakit/ Infeksi Sistem Pernapasan Asthma, Bronchitis, Influenza, TBC,
Pneumonia. 2009. http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/39.
(Diakses tanggal 25 Maret 2011)
NN. Kehamilan dan Bronkitis.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.bronchitisbook.com/bronchitis/pregnancy-and-bronchitis.html.
(diakses tanggal 25 Maret 2011)
No comments:
Post a Comment